Salah satunya dari Noval Supratman dari Presidium Forum Masyarakat Anti Korupsi (FORMASI) mengatakan bahwa momentum bulan ramadhan dimanfaatkan oleh oknum pengelola pasar yang ingin memperkaya diri dengan melakukan praktek pungutan liar (PUNGLI).
" Sehari sebelum ramadhan kami sudah investigasi, dan hari ini dinas terkait sudah kami Surati, perihal laporan dugaan pungutan liar di pasar Bantar gebang " kata Noval sapaan akrabnya.
Dirinya menjelaskan bahwa maraknya pungli di beberapa pasar salah satu indikatornya karena lemahnya pengawasan dari dinas terkait dalam hal ini Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bekasi.
“banyaknya OTT praktek pungli nampaknya tidak membuat efek jera para pelaku pungli khususnya di pasar Bantar Gebang. Salah satu indikatornya adalah lemahnya pengawasan dinas terkait dan juga ketidaktegasannya dalam mengawasi tata kelola pasar. hal ini mengarah pada dugaan main mata antara oknum pengelola pasar dengan oknum dinas” jelasnya.
Selain itu, dirinya sedikit menjelaskan besaran pungli yang terjadi antara lain uang keamanan yang nominalnya bervariasi setiap pedagang mulai dari Rp. 2.000 sampai Rp. 5.000 Bahkan ada pengakuan beberapa pedagang yang dimintai hingga dua kali setiap harinya.
“ salah satu punglinya adalah uang keamanan. Padahal di dalam ketentuan Perda Kota Bekasi
Nomor 03 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Perda Nomor 09 Tahun 2012 tentang retribusi daerah dan pungutan itu tidak tercantum. Artinya hal tersebut masuk dalam kategori pungli. Pihak dinas harus serius tangani ini. Kalau perlu kepala pasarnya dipecat. Karena gagal menjadi pemimpin di Pasar tersebut" tegasnya
Sementara itu, Kepala Pasar Bantargebang Nadih tidak menjawab saat dikonfirmasi oleh media melalui WhatsApp messengger. Hingga berita ini dimuat. (Man)
