Natalius pigai
Terakhir opini hitam yang dilancarkan Pigai adalah kecamannya kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang memilih Djarot Saiful Hidayat sebagai calon gubernur Sumatera Utara. Pigai mempelintir pernyataan Megawati yang menyebutkan bahwa rakyat Sumut dapat menerima Djarot walaupun Djarot bukan orang asli Sumut.
Pigai malah menyebarkan isu sensitif primordial dan SARA di pilgub Sumatera Utara dengan memblow up bahwa masih banyak kader-kader PDIP yang merupakan putra daerah terbaik daerah Batak di Sumatera Utara. Kesan mengadu domba dari mantan pengawal HAM ini sangat nyata.
Padahal dari kalangan internal PDIP pun nyata sangat menerima pencalonan Djarot di Sumut sebagai kesepakatan bersama internal Partai. Intervensi Pigai dalam menilai dan mengecam keputusan internal partai PDIP ini yang sebenarnya mengancam kelangsungan kehidupan demokrasi di Indonesia.
Pengembangan dan spin kepada isu SARA terutama calon Batak juga memperlihatkan tendensi negatif Pigai untuk memecah belah persatuan Indonesia karena mengungkit isu kesukuan di Sumatera Utara. Pemilihan Djarot Saiful Hidayat sebagai kandidat Pilkada dilakukan sesuai dengan kapabilitasnya untuk dapat memimpin suatu daerah, bukan didasarkan pada atribut SARA.
Fakta bahwa PDIP telah memberikan kesempatan pada kader terbaiknya Efendi Simbolon putra asli Sumatera Utara pada Pilgub Sumut tahun 2013 hendaknya diperiksa ulang oleh Pigai. Saat itu Efendi Simbolon dan Jumiran Abdi hanya dapat menduduki peringkat kedua dengan perolehan 1.183.187 suara.
Sementara calon lainnya Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry Nuradi menjadi pemenang 1.604.337 suara. Fakta bahwa Gatot Pujo Nugroho bukan asli Sumatera Utara pun tidak diungkit sama sekali oleh Pigai, dan kasus korupsi yang melibatkan gubernur yang kader PKS itu pun dinihilkan sama sekali oleh Pigai dalam tulisannya.
Indonesia Raya tetap akan berdiri tegak jika seorang Natalius Pigai dapat membuka mata hatinya dan pikirannya untuk lebih terbuka memandang suatu masalah yang sedang disorotnya dengan lebih tuntas. Tidak hanya asal ucap dan subyektif karena kebencian semata kepada tokoh dan partai tertentu.
By Bidik Data on Januari 9, 2018