Sebetulnya, sudah cukup lama terasa penurunan tindakan terhadap hal-hal yang berbau Aksi Bela Islam karena pada kenyataannya, gerakan ini sebagian sudah berhasil diredam dengan berbagai cara meski sebagiannya masih konsisten dalam perjuangan! Selain itu, tentu saja suasana mendekati Pilpres 2019 harus dilakukan penghangatan yang mana umat Islam wajib dicolek untuk mendapatkan suaranya dengan catatan, kekuatan massa yang dituding radikal, harus dibereskan!
Rezim boleh sempat merasa lega, tapi ternyata gerakan massa secara umum tidak berhenti sampai Aksi Bela Islam. Selama rezim eksis menyulitkan rakyat dan bertindak tidak adil, maka #2019GantiPresiden adalah kekuatan massa berikutnya yang sudah lumrah diprediksi akan mencicipi reaksi dari pendukungnya, perangkat negara yang digunakan dan bahkan reaksi dengan menggunakan "tangan orang lain". Semua ini sudah lumrah karena demikianlah kebiasaan pendekatan penguasa selama ini! Itu sebabnya rakyat menyebutnya rezim!
Persekusi yang semakin tidak terkendali adalah hasil dari stimulus buta yang terlalu sempit memandang bahwa gerakan #2019GantiPresiden adalah sebuah pelanggaran hukum, makar, tidak demokratis dan segala stigma melalui propaganda idiot yang mudah ditantang untuk membuktikan secara ilmiah dari aspek hukum atau Undang-Undang bahwa apakah betul #2019GantiPresiden itu ilegal secara hukum?
Rezim dan elit pendukungnya tidak mungkin tidak tahu bahwa #2019GantiPresiden adalah sah secara hukum dan memang dijamin Undang-Undang dalam sistem demokrasi ini yang diterapkan di manapun, termasuk di Amerika Serikat yang notabene sebagai dedengkot demokrasi dunia! Tapi horor terbesar bagi kedangkalan emosi dalam berpolitik adalah kecerdasan konsep secara jujur dan jelas dari gerakan #2019GantiPresiden yang mampu menjangkau massa lebih luas dalam skala nasional yang mampu berfikir rasional!
Jika tujuan persekusi adalah menghasilkan adonan propaganda di media arus utama, kubu rezim mungkin menutup mata, telinga dan fikiran bahwa masyarakat menyetujui #2019GantiPresiden karena banyak faktor dari kebijakan pemerintah yang bermasalah, tidak adil dan menyulitkan! Jika rezim berharap adonan propaganda kemudian menjadi hidangan lezat yang disantap nikmat, mereka juga tidak mau menyadari bahwa banyak bukti-bukti formula adonan itu yang penuh kesalahan, bukan hanya tidak seimbang (aspek keadilan) tapi juga tidak terasa enak (represif).
Citra dari massa #2019GantiPresiden adalah intelek, rasional, beradab, cerdas secara emosi, damai dan sanggup bertahan dari provokasi. Sedangkan siapapun pihak yang mempersekusi secara brutal entah di bandara, hotel, jalanan dll, ditambah dengan kelancangan verbal, provokasi dangkal dan intoleran di media sosial, cukup mudah diberi penilaian oleh masyarakat siapa yang harus ditinggalkan dan siapa yang harus didukung!
Tensi persekusi sedemikian meningkatnya terhadap gerakan #2019GantiPresiden ini sangat mudah dibaca oleh sebab faktor-faktor yang bergulir seperti pra dan pasca deklarasi calon presiden dan wakil presiden yang mengundang banyak reaksi dan pendapat. Ada kubu pasangan calon yang merasa memenangkan strategi dengan segala atribut kesegaran yang meyakinkan tapi ada pula yang tiba-tiba merasa pesimis dan layu karena salah perhitungan. Dari berbagai persekusi yang terjadi, kita mudah mengetahui siapa yang salah strategi!
Persekusi yang dialami Neno Warisman dan tim sebagai ikon #2019GantiPresiden, sangat relevan untuk dikaitkan pada pemberitaan secara terbuka dari kunjungan Prabowo Subianto ke kediaman Neno Warisman yang sah saja dianggap "bermakna politis yang kalem" untuk memberi semangat pasca persekusi pada deklarasi #2019GantiPresiden sebelumnya! Mungkin label "Emak-emak Bermental Kopassus" yang diungkapkan calon presiden itu dicerna kubu rezim sebagai yang berbahaya!
Persekusi terhadap gerakan #2019GantiPresiden bukan berarti buruk bagi gerakan itu sendiri, memang ada serangan secara psikologis dan fisik tapi persekusi yang tidak terkendali justeru akan meningkatkan jumlah produksi berupa antipati masyarakat lebih luas terhadap rezim dan bagi rezim sendiri yang berhasrat tinggi melanjutkan kekuasaan, tindakan persekusi hanya akan mempercepat kekalahan sebelum final!
Kali ini, dalam akibat yang lebih besar dari persekusi yang dijalankan, rezim sulit membantah berbagai tudingan sebagai otak dari persekusi. Lihat pendapat-pendapat politikus, anggota dewan bahkan tokoh seperti Aburizal Bakrie yang partainya sejauh ini mendukung rezim, tidak menyetujui tindakan persekusi yang memalukan bangsa dan negara ini terhadap gerakan #2019GantiPresiden. Artinya, masyarakat yang butuh kebenaran, tidak lagi sulit untuk mencari tau siapa otak dari persekusi ini!
Pilihan sekarang ada pada rezim sendiri, jika produksi persekusi ini terus berlanjut, konsekuensi politiknya besar! Jika memaksakan tindakan represif terhadap gerakan #2019GantiPresiden melewati batas, membunuh hak-hak berdemokrasi apalagi secara kasar, sementara gerakan atau deklarasi tandingan yang minim energi dan dukungan massa justeru dimanja, sangat dikhawatirkan kian mendekati perpecahan dan benturan lebih luas di masyarakat.
Perangkat negara yang berwenang terhadap keamanan dan ketertiban, harus merekomendasikan pendekatan yang tepat jika memang berkomitmen untuk netral dan menjaga NKRI. Perangkat ini harus menolak menjadi corong bersenjata bagi rezim untuk sosialisasi palsu tentang kinerjanya sambil menghajar yang menolaknya. Jangan terjerumus, nanti rakyat luas akan turut menyalahkan, merasa tidak nyaman hidup di negerinya sendiri dan kemudian marah!
Jika tindakan persekusi dibiarkan, akan menjurus pada pelanggaran HAM, maka potensi chaos lagi-lagi terbuka, berdampak negatif yang luas, akan merepotkan bagi aparat dan sangat berbahaya bagi pemerintah khususnya presiden yang mengaku banyak prestasi tapi nyatanya terlalu lemah dalam mengatasi perpecahan di masyarakat selama ini! Masih ada waktu untuk sama-sama bertarung secara adil, damai dan elegan untuk menciptakan pilpres yang sejuk!
Oleh : Fahmi M.S Kartari
_(Sutradara Film Dokumenter & Pemerhati Sosial Politik)_
(28 Agustus 2018)