Bekasi - Apa hubungan antara impor sampah dengan bendera Amerika Serikat? Saat ini, mungkin puluhan tahun lalu, antara impor sampah dan bendara Amerika Serikat punya hubungan erat sekali. Amerika Serikat mendapatkan saudara di Asia dan terutama Indonesia. Semakin erat dan kuat sejak kekalahan perang dengan Vietnam, tahun 1970-an, Amerika Serikat memperoleh gantinya yang lebih baik karena sumber daya alamnya melimpah, yakni Indonesia.
Beberapa bendera Amerika Serikat masuk ke Indonesia mengikuti masuknya impor sampah. Bukti-bukti faktual sangat valid menunjukkan, bahwa bendera Amerika Serikat itu ditemukan di atas tumpukan-tumpukan sampah impor di sejumlah tempat di Kabupaten Mojokerto, Gresik, Sidoarjo, Jawa Timur. Bahkan menurut info teman, sudah sampai Bangkalan Madura. Juga ditemukan di tumpukan sampah di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Lambang/simbol super power itu berada di atas tumpuk-tumpukan sampah impor di Pulau Jawa. Mungkin juga ada simbol/bendera negara lain, seperti Australia, Inggris, Jerman, Austria, Kanada, Jepang, dll. Selain itu, uang mereka, seperti dollar AS, dollar Australia, Pounstering, dll seringkali ditemukan oleh pemulung dan pemilah sampah impor. Mata uang ditemukan diantara tumpukan sampah itu menjadi semacam artefak, bukti sejarah yang sangat valid.
Berikut disajikan surat Prigi Arisandi, Ecoton untuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"Prigi Arisandi
Surat Utk Donald Trump
(mimbar bebas didepan Konjen Amerika Serikat-citralands Surabaya).
Ikuti aksi membacakan Surat Protes kepada Presiden Amerika Serikat terkait pembuangan sampah USA di Pulau Jawa. Anda bisa mengirimkan surat protes via email : official@ecoton.or.id
Faktanya :
1. USA negara pengekspor sampah terbesar ke Jawa
2. Sampah USA berupa plastik, kotoran, popok, botol plastik sebagian besar tidak direcycle namun dibakar dan ditimbun
3. Kegiatan daur ulang sampah ini menyebabkan polusi mikroplastik di sungai Brantas bahan baku PDAM Surabaya, Gresik dan Sidoarjo
4. Indonesia penyumbang sampah ke laut terbesar kedua setelah China. Mestinya USA tidak kirim sampah karena kita tidak mampu kelola sampah sendiri
"Monggo dulur, ayo Rek, suarakan aspirasimu jangan biarkan amerika serikat jadikan Bumi Jawa menjadi tempat sampah mereka."
Menurut Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), BaliFokus dan Ecoton setidaknya 45 negara membuang sampahnya ke Indonesia. Indonesia dan negara Asia Tenggara dan Selatan menjadi tujuan dan target pasar dumping sampah impor dari negara-negara maju.
Apalagi setelah RRT/Cina mengeluarkan policy menutup kran impor sampah, dunia perdagangan sampah chaos, dikenal dengan "National Sword". Implikasinya sampah impor membanjiri Thailand, Malaysia, Philipina, Vietnam, Indonesia. Setiap tahun jutaan ton sampah impor masuk ke Indonesia, dan yang menyedihkan terjadi modus penyimpangan, alasannya mengimpor kertas, ternyata di dalamnya ada sampah plastik, logam, dll, bahkan ada yang mengandung limbah berbahaya dan beracun (B3).
Bahkan, yang makin menyedihkan, sisa-sisa sampah impor itu dibuang disembarang tempat, seperti saluran air, kali, pekarangan kosong, sawah, bekas galian tanah. Sehingga banyak ditemukan kuburan-kuburan sampah impor, seperti kasus di Kabupaten Bekasi. Sedang lainnya, sisa sampah impor dibakar setiap hari, pagi, siang, malam.
Aktivitas impor sampah itu sejak tahun 1982-an, demikian munculnya protes stop sampah impor yang dilakukan komunitas pemulung dan lembaga lingkungan, seperti WALHI, Greenpeace. Menurut catatan Asosiasi Pelapak dan Pemulung Indonesia (APPI) dan Koalisi Persampahan Nasional (KPNAS) tidak mudah menahan atau menyetop laju impor sampah ke Indonesia. Karena berhadapan dengan para penguasa, orang kuat, orang berduit, para jagoan, para jawara dengan pengaruh serta networkingnya kuat sekali dan menakutkan.
Suatu kasus, belum lama ini di bulan Juli 2019 sebuah media tv bersama APPI melakukan peliputan di satu daerah di wilayah Kabupaten Bekasi, bagian pengelolaan dan pembuangan sampah impor, namun crew dihadang dan ditakut-takuti, bahkan beberapa sepeda motor mengejar dengan suara meraung-raung, yang sejumlah orang ahli silat dan jawara yang dapat keuntungan dari sampah impor itu. Crew mengatakan, saat itu situasinya sangat mencekam, satu reporter perempuan menggigil panas dingin sangat ketakutan.
Situasi itu menggelitik dan menimbulkan pertanyaan besar, kemana peran negara/pemerintah ketika kejahatan lingkungan semakin massif menerobos hingga kampung-kampung?! Aparat desa, BPD, dll juga ketakutan menghadapi situasi ini, padahal hati kecilnya dan secara sembunyi-sembunyi mereka menolak desa dan kampungnya dijadikan pembuangan sampah impor. Mereka sungguh tak berdaya menghadapi penguasa sampah impor. * 11/7/2012
Oleh: Bagong Suyoto, Ketua Umum Asosiasi Pelapak dan Pemulung Indonesia (APPI) dan Ketua Koalisi Persampahan Nasional (KPNAS).