BEKASI – Taufik
Rahman (27) adalah seorang mahasiswa Fakultas Tarbiyah di Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAI) Nur El-Ghazy, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
Ia seorang laki-laki
yang cukup tangguh di lingkungan kampusnya dan dengan pengalaman yang berlimpah
ia mampu mengarahkan dan mengorganisir bersama teman-teman satu kampusnya.
Sebelumnya ia mempunyai
berbagai macam kegiatan sosial salah satunya ia dan rekan-rekan kampusnya telah
menciptakan sebuah TBM (Taman Baca Masyarakat) Gubuk Literasi Setu, Taufik-begitu
ia disapa- sudah dipandang sebagai “Manusia Edan” oleh mahasiswa lainnya.
“Bermodal niat
dan ketulusan akan sektor pendidikan yang dipandang masih sedikit terbelakang,
atas dasar itu ia dan rekan-rekan berusaha dengan keras membangun Taman Baca
sejak 2019 lalu.”
Tak sedikit
orang mengatakan dia “Si Edan”, memang kerap kali ucapan dan pola pikirnya
sungguh menantang adrenaline seolah jantung terasa berdegup lebih cepat.
Salah satunya ialah konsep membebaskan anak-anak bermain, namun tetap dalam
pengawasan dan tidak melupakan kewajiban sebagai pelajar.
Julukan edan
sebenarnya berasal dari seorang mahasiswa swasta di Cikarang. Saat itu terjadi
pertemuan antar aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Se-Kabupaten Bekasi
berdiskusi mengenai polemik daerah.
Seketika itu
terucap “Mahasiswa Edan” yang ditujukan kepada taufik, sejak saat
ini stempel tersebut melekat dalam dirinya.
“Ya gak tahu
namanya juga celoteh saja entah mengapa sampai melekat hingga sekarang, dan
saya tak tahu pasti jika berstatus wisudawan apakah masih ada label seperti
itu” ujar Taufik, belum lama ini.
Berbagai
kegiatan telah dilakukannya, baik di Kota maupun Kabupaten Bekasi. Salah
satunya kegiatan bakti sosial saat tanggul Sungai Citarum jebol yang
mengakibatkan beberapa daerah di Pebayuran terdampak banjir yang cukup parah.
Tak hanya itu,
pengorbanannya mulai pengobatan gratis, pemberian sembako untuk korban banjir,
relawan tenaga pengajar, dan tentu masih banyak lainnya
“Ada satu
impian terbesar dalam hidupnya yaitu memiliki sekolah berkelas dengan metode
iuran melalui hasil tani atau semampunya saja.”
Ia meyakini
dengan konsep seperti itu pendidikan akan semakin mudah dijangkau ada pula
profesi sebagai petani memang layak sebagai mata pencaharian di kehidupan sebab
telah mampu membiayai anak menempuh pendidikan tinggi juga layak.
“Ya itu hanya
utopia saja, tapi Allah maha kuasa dengan segala kehendaknya” pungkasnya. (adg)