Forum Taman Baca Masyarakat (TBM) Kabupaten Karawang mengadakan diskusi literasi bersama Lentera Baca Kutawaluya, serta TBM maupun penggiat dari Perpustakaan Jalanan yang ada di Karawang. Selasa, (02/11/21).
Diskusi Literasi ini mengangkat tema, "Kiprah TBM di Kabupaten Karawang".
Acara ini bertempat di SL CAFFE COFFE Jalan Raya Junti, Kutawaluya, Karawang.
"Pergerakan literasi di Kabupaten Karawang mempunyai 50 TBM yang berbentuk Pusat Kagiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan 30 TBM mandiri. TBM mandiri bergerak tanpa dipersulit dengan birokrasi dan biaya dalam mengadakan kegiatan. Mereka diantaranya ada TBM Lentera Baca Kutawaluya yang fokus pada pengajian dan anak-anak, Perpus Jalanan yang berada di Cilamaya fokus ke sastra dan lingkungan, Perpustakaan Bincang dari Batujaya serta TBM lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu", ungkap Nurul Ilmi selaku Ketua Forum TBM Karawang.
TBM lahir dari semangat hati dari pendirinya masing-masing. Karena sebenarnya dukungan dari pemerintah itu masih kurang dan banyak yang kurang faham tentang gerakan literasi ini. Padahal antusiasme dari masyarakat bisa dibilang sangat bagus, akan tetapi ketidak fahaman para pemerintah setempat yang membuat gerakan literasi ini terhambat. jelas Nurul
Ini yang menyebabkan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia juga hanya jalan di tempat (stagnan) dan cenderung mundur. Berdasarkan beberapa penelitian, penyebab rendahnya budaya baca ini karena masyarakat Indonesia lebih suka menonton televisi (TV), mendengarkan radio, dan bergelut pada dunia maya (internet dan media sosial) dibandingkan membaca buku. Istilahnya, masyarakat Indonesia lebih suka mengirim WhatsApp, Facebook-an atau Twitter-an dibandingkan membaca buku
Bila kondisi ini terus berlangsung dan tak diantisipasi
sejak dini, maka kita tidak bisa berharap banyak pada mutu dan kualitas sumber
daya manusia (SDM) Indonesia. Lalu apa yang bisa dilakukan pemerintah?
Sudah semestinya pemerintah mendorong dan lebih maksimal
lagi dalam menumbuhkan dan meningkatkan budaya membaca masyarakat Indonesia.
Mulai dari memperbanyak kegiatan membaca, baik di sekolah maupun di rumah,
hingga pengadaan sarana dan prasarana seperti penyediaan buku-buku bacaan dan
pelajaran, baik di perpustakaan sekolah, perpustakaan daerah, maupun
memperbanyak taman-taman bacaan masyarakat.
Keseriusan pemerintah dalam mendorong minat baca masyarakat
mutlak dibutuhkan. Sebab, kondisi yang sudah ‘mengakar’ dan membudaya akan
rendahnya minat baca ini harus dilakukan perbaikan. Pemerintah harus proaktif
mengajak masyarakat untuk gemar membaca. Salah satunya, mendorong peningkatan
jumlah produksi buku. Saat ini, angka produksi buku di Indonesia juga terbilang
cukup rendah. Setiap tahun, hanya sekitar 7.000-8.000 judul buku yang
diterbitkan, Jauh lebih rendah dibandingkan Malaysia yang memproduksi hingga 10
ribu judul buku setiap tahunnya.
Bagaimana kita bisa mencerdaskan masyarakat Indonesia bila
budaya baca saja sangat rendah? Bagaimana masyarakat bisa mau membaca bila di
perpustakaan tak ada buku. Bagaimana buku bisa tersedia di perpustakaan bila
produksi buku masih rendah? Pertanyaan
kemudian, apa sih yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya menumbuhkan
minat baca masyarakat ini? Kita pantas mengelus dada menyaksikan fenomena
seperti ini.
Alih-alih untuk mencerdaskan anak bangsa, merealisasikan
anggaran pendidikan sebesar 20 persen saja masih tarik ulur. Selain itu, masih
banyak anak-anak Indonesia yang tak bisa bersekolah karena ketiadaan biaya.
Bahkan, sebagian siswa di belahan pelosok negeri ini pun harus berjuang dengan
maut karena harus bergelantungan pada kawat dari jembatan yang putus. Sementara,
para pejabat pemerintah dan terlibat dalam praktek korupsi. Sungguh sebuah
ironi yang sangat mengenaskan.
Teruntuk Pemerintahan Kabupaten Karawang agar lebih serius
lagi dalam hal mengelola Perpustakaan karena masih banyak masyarakat yang belum tahu bahwa ada perpustakaan daerah
di kabupaten Karawang dan kami berharap agar koleksi buku lebih di perbanyak
lagi.
"Sebenarnya bukan melulu tentang minat baca yang rendah tapi memang akses untuk mendapatkan bahan bacaan itu yang belum memadai dan banyak yang belum terjangkau untuk masyarakat", tambah ia.
Dahlan selaku Ketua Lentera Baca Kutawaluya mengungkapkan, Literasi adalah pembelajaran sepanjang hayat. Kita sebagai generasi muda walupun tanpa dukungan dari pemerintah ataupun sangat minim tapi semoga semua yang ada disini diberikan semangat mengkampanyekan gerakan literasi.
Keseriusan Pemerintah Dalam Hal Minat Baca Pada
Masyarakat
Kita bersyukur karena penerbit buku yang tergabung dalam
Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) terus menerus menerbitkan berbagai buku untuk
membantu program pemerintah mencerdaskan masyarakat ini. Penerbit juga tak
henti-hentinya menyosialisasikan buku-buku yang diterbitkan.
Sayangnya, upaya itu masih bertepuk sebelah tangan. Di saat
produksi dan penjualan buku mengalami penurunan, pemerintah tak juga bergerak
cepat untuk membantu. Begitu pula dengan sosialisasi ketersediaan buku yang
dilakukan penerbit, pemerintah bahkan terkesan tak mau ambil peduli. Pameran
buku di Indonesia, seperti Islamic Book Fair (IBF), Indonesia International
Book Fair (IIBF), Jakarta Book Fair (Jakbook), atau lainnya, merupakan sarana
bertemunya berbagai stakeholders dunia perbukuan. Sayangnya, itu semua tak
berbanding lurus dengan harapan.
Padahal, pameran seperti itu, kerap mendatangkan peserta
dari luar negeri. Tahun 2014 lalu, IIBF diikuti sejumlah penerbit dari
Malaysia, Korea, Pakistan, Brunei, Singapura, dan Arab Saudi. Bahkan, pada
Oktober 2015 mendatang, Indonesia juga akan menjadi tamu kehormatan pada acara
Frankfurt Book Fair 2015.
Diharapkan denga napa yang kami tuliskan ini bisa mendorong
pemerintah semakin peduli dan serius dalam upaya menumbuhkan dan meningkatkan
budaya membaca masyarakat Indonesia. Sebab, banyak manfaat yang diperoleh dari
membaca. Di antaranya; meningkatkan pengembangan diri, meningkatkan intelegensi
(intelekual), meningkatkan minat dan pemahaman pada suatu bidang ilmu, wawasan
semakin luas, menjadikan pembaca mempunyai tutur kata yang sopan.
Banyak upaya yang bisa dilakukan, di antaranya; memotivasi
setiap anggota keluarga untuk gemar membaca, mendorong para guru di sekolah
untuk menekankan pentingnya membaca buku setiap bulan, minimal satu buku per
bulan.
Selanjutnya, meningkatkan ketersediaan buku di perpustakaan
dan memperbanyak taman bacaan masyarakat, meningkatkan promosi dan sosialiasi
gerakan gemar membaca, memberikan apresiasi pada kelompok atau personal yang
gemar membaca, dan menyediakan buku-buku bacaan yang murah dan berkualitas
melalui pameran buku.
Dengan upaya ini semua, diharapkan budaya masyarakat untuk
membaca semakin tinggi, sehingga harapan pemerintah untuk mencerdaskan anak
bangsa bisa terwujud.
“Semoga kedepannya untuk masyarakat tidak ada lagi terkendala masalah akses untuk datang ke perpustakaan terutama untuk masyarakat yang berdada di wilayah – wilayah terpencil.”