
SeputarDaerah.Com - Pemerintah saat ini tengah bersiap memberlakukan larangan ekspor bijih bauksit ke luar negeri. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mendorong pengembangan industri pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto mengatakan pemerintah saat ini tengah berupaya untuk merampungkan road map atau peta jalan hilirisasi bauksit. Adapun proses pengolahan bauksit menjadi alumina akan diolah hingga menjadi aluminium.
"Saya sudah banyak diskusi untuk yang Bauksit saya kira memang arahnya ini harus sampai di aluminium," kata Seto dalam Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Jumat (3/2/2023).
Lebih lanjut, Seto menyebut lantaran Bauksit proses smelting dan refining untuk menjadi aluminium membutuhkan energi yang cukup besar, maka pemerintah bakal menyiapkan pasokan listrik yang berasal dari pembangkit Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
"Jadi ini mengapa kita kemudian mendorong pembangunan smelter yang ada di Kaltara, karena nanti kita bisa gunakan hydro power yang ada sehingga apa sehingga emission footprint dari aluminium yang kita produksi itu akan sangat rendah dan ini akan menjadi kompetitif dan sangat premium nanti harganya di pasar," ujarnya.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa Indonesia akan menghentikan ekspor komoditas mineral mentah pada tahun ini, termasuk bauksit.
Jokowi mengungkapkan alasan di balik rencana tersebut lantaran Indonesia merupakan eksportir terbesar ketiga dunia untuk bauksit. Namun sayangnya untuk bahan jadi seperti aluminium, RI hanya menempati posisi ke-33 sebagai eksportir aluminium dunia.
"Bauksit, kenapa kita harus setop? saya berikan contoh saja. Indonesia ini ekspor bahan mentah bauksit itu kita nomor 3 di dunia. Mentahan yang kita ekspor. Tapi ekspor aluminium kita nomor 33. Mentahnya nomor 3, barang setengah jadi, kok barang jadinya di 33," ungkapnya saat di Mandiri Investment Forum, Rabu (01/02/2023).
Bahkan, apabila diolah lagi menjadi panel surya, menurutnya RI hanya menempati eksportir panel surya nomor 31 di dunia. Padahal, nilai tambah dari penjualan panel surya bisa mencapai 194 kali lipat dibandingkan bauksit yang masih mentah.
"Kenapa berpuluh-puluh tahun tidak kita lakukan? Apa yang salah dari kita? Kita terlalu nyaman dengan ekspor mentahan karena paling cepat dapet duitnya dan tidak pusing pikirannya. Udah gali, kirim, gali. Nikel juga sama. Gali, kirim, gak mau mikir kita," tuturnya.
Kondisi ini menurutnya berbanding terbalik dibandingkan China. Dia menyebut, ekspor bauksit China terbesar no.18 dunia, namun ekspor panel surya China merupakan terbesar no.1 di dunia. Padahal, lanjutnya, sumber bahan baku bauksitnya juga berasal dari Indonesia.
"RRT China ekspornya (bauksit) nomor 18, tapi ekspor panel suryanya nomor 1 di dunia. Terus barangnya ini dari mana? barang mentahnya dari mana? 80% lebih dari kita. Hati-hati. Bauksit, setelah kita stop saya tengak-tengok belum ada yang gugat," tuturnya.
Seperti diketahui, Jokowi sudah mengumumkan bahwa ekspor bauksit akan dihentikan mulai Juni 2023 mendatang. Selanjutnya, pemerintah akan menghentikan ekspor tembaga hingga timah.
(pgr / cnbcindonesia.com)